Minggu, 04 Desember 2016

Pemikiran Kuhn dan Pluralisme Paradigma

PEMIKIRAN KUHN DAN PLURALISME PARADIGMA
Thomas Samuel Kuhn lahir pada 18 juli 1922 di Cincinnati, Ohio dan meninggal 17 Juni 1996 di Cambridg, Massachusetts USA. Karyanya yang paling terkenal adalah The Structure of Scientific revolutions (1962) dan The Essential Tension; Selected Studies in Scientific Tradition and Change (1977). Pemikiran Kuhn merupakan pemberontakan terhadap paradigma positivisme (seperti yang dilakukan juga oleh Karl Raimund Popper, Paul Feyerabend, atau Stephen Toulmin). Gagasan Kuhn sangat radikal dan memberi sumbangan pemikiran dan pengaruh yang sangat besar bagi post-positivisme dan epistemologi postmodern dengan pluralisme paradigma ilmiahnya.
Pemikiran Kuhn
·      Pentingnya Pemahaman Sejarah Ilmu Pengetahuan dan Penolakan atas Positivisme
Karya Kuhn “The Structure of Scientific Revolution” dianggap sebagai karya monumental mengenai perkembangan sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan dengan mengemukakan konsep paradigma sebagai konsep sentral. Berdasarkan penelitian tentang sejarah ilmu pengetahuan, Kuhn menolak pandangan Popper itu yang dianggapnya tidak sesuai dengan fakta. Menurut Kuhn, ilmu pengetahuan berkembang melalui revolusi ilmiah, dan revolusi ilmiah terjadi lewat perubahan paradigma.

·         Revolusi Ilmiah
Revolusi ilmiah adalah perubahan yang drastis yang terjadi dalam tahapan perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut skema revolusi ilmiah Kuhn.
Periode pra-ilmiah dapat kita tengok senelum munculnya gagasan filsafat alam dari filsuf Yunani. Penjelasan tentang segala sesuatu dijelaskan oleh mitos-mitos (mitologi). Filsuf Yunani kemudian memberikan penjelasan rasional (spekulatif) tentang: fenomena alam, asal mula alam dan kehidupan masyarakat. Aristoteles lantas mulai mengemukakan istilah fisika (yang dibedakan dengan metafisika atau realitas yang tidak terindra) dan ia mengemukakan metode deduktif dan induktif yang mulai digunakan sebagai metode filsafat.
Pemikiran Aristoteles menghasilkan satu paradigma ilmiah (geosentris) yang dijadikan sebagai model untuk perkembangan dan penjelasan “filsafat alam” (fisika) selama seribu tahun lebih. Muncul pandangan dan pola baru dari Copernicus. Copernicus mengemukakan gagasannya melalui bukunya De Revolutionibus Orbium Coelestium (1543). Gagasan Copernicus menggantikan teori geosentris, yang menyatakan bahwa bumi sebagai pusat sistem tata surya dengan teori heliosentris, yang menyatakan bahwa bukan bumi melainkan matahsrilah sebagai pusat sistem tata surya kita.       Penolakan dan serangan langsung terhadap pandangan Copernicus muncul dari tokoh-tokoh gereja dan lembaga-lembaga astronomi yang mendukung teori (paradigma) lama.

·         Paradigma
Paradigma adalah pandangan dasar tentang pokok bahasan ilmu. Paradigma adalah konsensus terluas dalam dunia ilmiah yang berfungsi membedakan satu komunitas ilmiah sengan komunitas lainnya. Paradigma berkaitan dengan pendefinisian, eksemplar ilmiah, teori, metode, serta instrumen yang tercakup didalamnya.
Kuhn mengartikan paradigma sebagai beberapa contoh praktik ilmiah aktual yang diterima seperti: hukum, teori, aplikasi dan instrumen yang diterima bersama, sehingga merupakan model yang dijadikan sebagai sumber dan tradisi-tradisi yang mantap dalam riset-riset ilmiah khusus (Kuhn, 1970: 10).
Kuhn menggunakan pengertian paradigma dengan dua puluh satu pengertian yang berbeda-beda. Masterman membantu kita untuk memahami pengertian paradigma Kuhn dengan mereduksir kedua puluh satu konsep Kuhn itu pada tipe-tipe paradigma.
1.      Paradigma Metafisik
Paradigma metafisik merupakan konsensus terluas dalam bidang ilmu yang membantu membatasi bidang dari satu bidang ilmu, sehingga membantu megarahkan komunita ilmuwan dalam melakukan penelitiannya.
Paradigma metafisik memerankan beberapa fungsi.
ü  Untuk menentukan masalah ontologi (realitas, objek) yang menjadi fokus atau objek kajian ilmiah dari komunitas ilmuwan tertentu.
ü  Untuk membantu komunitas ilmuwan tertentu bagaimana mereka menemukan realitas atau objek (problem ontologi) yang menjadi pusat perhatiannya.
ü  Untuk membantu ilmuwan guna menemukan teori dan penjelasan tentang objek yang diteliti sesuai dengan pandangan (1) dan (2)

2.      Paradigma Sosiologi
Dikemukakan Masterman mirip dengan eksemplar pada Kuhn. Berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan, keputusan-keputusan dan aturan serta hasul penelitian yang diterima secara umum. Hasil penelitian yang diterima secara umum inilah yang dimaksudkan dengan eksemplar.
3.      Paradigma Konstruk
Paradigma Konstruk adalah konsep yang palig sempit dari ketiga paradigma yang dikemukakan Masterman.
·         Prinsip Ketidaksepadanan (Incommensurability) dan Kriteria Ilmu dan Non-Ilmu
Terkait kriteria ilmu dan non-ilmu, sebagai pemikir post-positivisme, Kuhn tidak terlalu tertarik dengan pembahasan tentang penentuan kriteria-kriteria sesuatu digolongkan dalam ilmu atau non-ilmu seperti yang dilakukan oleh positivisme—perbedaan ilmu dan non-ilmu menjadi persoalan penting bagi positivisme dan salah satu kriteria bagi positivisme untuk menentukan sesuatu dikelompokkan sebagai “ilmu” dan non-ilmu adalah dengan menggunakan prinsip verifikasi.

Pergeseran (Peralihan) Paradigma
Adapun pergeseran paradigma (ilmiah) mengandung beberapa unsur/pengertian. Di antarnya adalah sebagi berikut:
§  Munculnya cara berpikir baru mengenai masalah-masalah baru.
§  Dalam paradigma ada prinsip (asumsi) yang selalu hadir, akan tetapi tidak kita kenal/sadari
§  Paradigma baru tidak dapat diterapkan kecuali dengan meninggalkan paradigma lama.
§  Paradigma baru selalu dihadapi/ditanggapi dengan kecurigaan dan permusuhan.

Paradigma dalam sosiologi
Menurut George Ritzer, ada tiga paradigma yang bersaing dengan beberapa varian teori yang dipayunginya, antara lain: (1) paradigma fakta sosial, (2) paradigma definisi sosial dan (3) paradigma perilaku sosial.
Tabel Tiga Paradigma Sosiologi yang Dikemukakan George Ritzer

Unsur/Karakter
Paradigma Fakta Sosial
Paradigma Definisi
Sosial
Paradigma Perilaku
Sosial
Eksemplar
Emile Durkheim,dll.
Max Weber, dll.
Skinner, Pavlov, dll.
Fokus Perhatian
Fakta sosial, struktur sosial, dan institusi sosial
Cara aktor sosial mendefinisikan situasi sosial dan efek definisi tersebut atas tindakan individu dan interaksi antar mereka
Tingkat laku yang teramati tanpa mempertimbangkan maknanya
Metode
Metode kuesioner, wawancara dan perbandingan
Observasi
Eksperimen terkontrol
Teori
Fungsional-struktural, teori konflik, teori sistem, teori sosiologi makro
Teori tindakan, interaksionisme simbolik, fenomenologi, etnometodologi, grounded theory
Behaviorisme, teori pertukaran (termasuk wawancara dengan analisis kuantitatif

Asumsi-asumsi (Ontologis, Epistemologis dan Metodologis) Paradigma
Setiap paradigma memiliki pandangan dunia (ontologi) dan metodologi tertentu. Pandangan yang berbeda ini berkonsekuensi pada metode yang berbeda pula.
Tabel The Basic Beliefs (metaphysics) of Alternative Inquiry Paradigms

Tabel Perbedaan Paradigma Positivisme, Konstruktivisme dan Teori Kritis

No.
Kriteria
Positivisme
Konstruktivisme
Teori Kritis
1.
Realitas
·         Objektif (diluar individu)
·         Observasi indra
·         Hasil persepsi seragam
·         Diatur hukum alam
·         Terintegrasi dengan baik
·  Subjektif
·  Dikonstruksi, bukan ditemukan
·  Diintepretasi
·  Berada diantara subjektif-objektif
·  Memiliki kompleksitas
·  Konstruksi ilmuwan, dan bukan ada begitu saja
2.
Manusia
·         Individu rasional
·         Mengikuti hukum alam
·         Tidak memiliki kebebasan kehendak
·  konstruksi/
penciptaan dunia.
·         Memberikan arti pada dunia
·  Dinamis
·  Penyadaran pada kondisi yang tidak adil
3.
Ilmu
·         Didasarkan pada aturan dan prosedur ketat
·         Deduktif
·         Nomotetis
·         Hasil pengamatan
·  Induktif
·  Ideofrafis
·  Interpretasi
·  Tidak bebas nilai
·  Memberdayakan, atau pembebasan
·  Tidak bebas nilai
4.
Tujuan
·         Penjelasan fakta, kausalitas
·         Meramalkan
·  Menekankan makna
·  Menekankan pemahaman
·  Memberdayakan dan membebaskan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar